Halaman

Sabtu, 13 Juli 2013

Pejalanan Hati part 2

Here we go, naik hartop menuju desa kecil di pegunungan Semeru yang bernama Ranu Pani. Ranu, dalam bahasa apa aku nggak ngerti, artinya Danau. Jadi di desa ini terdapat sebuah danau yang lumayan luas tapi gak terlalu bagus sih. Perjalan dari tumpang menuju Ranu Pani memakan waktu sekitar 2 jam dengan kondisi jalan yang lumayan. Jalur naik turun dengan kondisi aspal yang kadang-kadang rusak da0n kadang juga melewati jalan tanah. Alhasil bergoyang-goyang ria lah kita, hehe. Awalnya Laras, Nia, Faya duduk di depan di dalam hartop. Sedangkan para pejantannya duduk di belakang diluar dengan kondisi hujan yang gerimis-gerimis romantis. Tapi ditengah jalan tiba-tiba hartop kita berhenti, di tengah-tengah hutan dengan kondisi gelap gulita cuman ada penerangan dari lampu hartop aja. Nggak taunya si Laras sama Faya turun. Ternyata dua srikandi penakluk alam ini gak kuat sama bau bensin yang menyengat di dalam hartop. Pindah deh akhirnya mereka berdua di belakang. Si Nia tetep aja di depan, mau modusin mas-mas Hartopnya deh kayaknya.

Walaupun kondisi jalan agak kurang bersahabat, Laras berkali-kali ngeluh kebentur kepalanya, Mas Yudha yang perutnya mual-mual, Ari sama Faya.... so sweet banget gantian pakek jas ujan bareng, dan aku asik sendiri. Anehnya kita berlima masih bisa tidur lho, mungkin karena capek banget kali (Istirahat adalah hal penting dan berharga selama perjalanan ini).

Dua jam berlalu! Kita sampai di RANUPANI! langsung tanjap gas nanjank? Tunggu dulu santai dong ah. Karena waktu masih nunjukin pukul lima pagi, kami mutusin buat sholat dulu di mushola kecil yang ada di sana. Terus kita makan di Warmak, Warung Emak, yang sukses bikin kita bengek dan bikin mata kita perih karena kepulan asap dari dapur kayu si Emak. Ari, Faya, Laras nyempetin buat tidur lagi di warung itu sebelum jam 7 pagi karena pos lapor untuk penanjakan baru dibuka pukul 7. Aku, Mas Yudah, Nia. Jalan - jalan di sekitar ngelihat-lihat suasana, ngelihat kerlip-kerlip headlamp pendaki puncak Mahameru yang terlihat jelas saat dini hari. Subhanallah Indah banget kayak bintang.
Pukul 7, Teng! Teng! Teng! Kita menuju ke atas ke Post Lapor Ranu Pani. Kita Lapor anggota tim, kasihin persyaratan pendakian, bayar administrasi, terus dapat deh itu surat perijinan untuk mendaki semeru. Dan Kita pun berangkat dari Post Ranu Pani Menuju Ranu Kumblo sekitar jam 8 lebih mau ke setengah 9 kayaknya. Sebuah gapaura bertuliskan "SELAMAT DATANG PARA PENDAKI GUNUNG SEMERU" menyambut kami, diantara perkebunan milik warga. Kita singgah sebentar untuk foto-foto. Momen Penting nih.

Lanjoooot, perjalanan disambut dengan track tanah yang kemiringannya hampir 45 derajat bahkan lebih. Sumpah capek abis meski baru aja jalan. Meski capek, tetep jalan sambil istirahat. Ya banyakan istirahatnya sih tapi, hehe. Rute pertama sampai di Landungan dowo, 3km dari Ranu Pani. Ternyata ini masih deket banget, Ranu Kumbolo masih nan jauh di sana. Abis foto-foto, kita lanjut jalan lagi. Parahnya, karena baru pertama kali kita ke Semeru, kita udah makan siang aja di jalan sebelum dampe ke Post 1, tapi sumpah jarak ranu pani ke Pos 1 bener-bener jauh. Dan di pos 1 ini ada sebuah insiden, seorang pendaki asal Gresik rombongan Petrokimia mengalami pingsan. Dan korban yang mempunyai riwayat lemah jantung pun tidak tertolong, inalillah...

Anehnya dari kita, saat perjalanan berangkat kita sama sekali nggak istirahat di Pos, malah istirahat di jalan. Karena ramai juga sih di posnya, jadi kita memutuskan untuk terus saat melewati pos 1 dan 2. Di tengah perjalanan menuju Pos 3, Hujan mengguyur perjalanan kita. Jalan yang licin, medan yang naik turun, dan udara yang dingin menambah berat perjalananan kita. Sempat aku hampir hypo di tengah perjalanan ini, bicaraku mulai nglantur bilang pengen pulang, padahal aku sama sekali gak ngerasa ngomong gitu. Tapi geng Badak, nama kita, nggak akan nyerah gitu aja, karena kita percaya dengan perjalanan yang suyah payah seperti ini ada Ranu Kumbolo yang maha indah sedang menunggu kita. Yeah kita sudah merasakan susah-susah bersama sebelumnya.

"Berapa jauh lagi?" hal yang wajar ditanyakan di tengah perjalanan. Aku pasti jawab, bentar lagi kok. Sama sekali aku nggak mau nurunin semangat sobat alamku ini. Menggigil, kita berusaha secepet mungkin menuju ke Pos 3 untuk sebuah tempat berteduh kita. Shit men, angan untuk berteduh dan istirahat sejenak harus sirna ketika melihat Pos 3 hanya bersisakan puing-puing atap yang rusak. dengan harapan Ranu Kumbolo hanya berjarak beberapa meter dari pos 3, kita nerusin perjalanan sambil kedinginan tentunya. "Berapa jauh lagi?" masih menemani perjalanan kita. Tapi aku tetap berusaha sebagai yang bertanggung jawab untuk tetap membuat bearsemangat, membuat impian kita untuk menikmati nimatnya jahe di dipinggir Ranu Kumbolo ditemani bintang menjadi kenyataan.

RANU KUMBOLOO!! airnya sudah kelihatan, jauh memang dari Pos 3, tapi alhamdulillah udah bisa ngelihat air dari Ranu Kumbolo membuat semangat kita terbakar lagi, pengen cepet-cepet sampai bawah. Walaupun ternyata trackingnya masih lumayan jauh karena harus memutar sebelum sampai ke camp utama ranu Kumbolo.

Berhubung hari sudah gelap, kami memutuskan untuk pasang tenda di camp samping Ranu Kumbolo, dan kayaknya memang camp utama sudah penuh dengan orang. Lucu nih waktu masang tenda karena nggak biasa dengan gelap dan penerangan kita terbatas, kita nggak bisa masang itu tenda, haha. Kayak orang bego yang dari tadi tendanya nggak terpasang-pasang, sementara yang lain udah berdiri dengan kokoh. Dengan modal nekat kita minta tolong sama mas-mas sebelah untuk bantuin masang tendanya. Viola! tenda pun terpasang berkat bantuan mas-mas idaman Laras sama Nia, ya meskipun masnya juga salah pasang rangka, ketuker yang satu dengan yang lain. Kondisi tenda kita lumayan parah ancurnya karena ada rangka tenda yang putus, nggak ada pasak besinya, ketuker rangkanya, sama emang kualitas tendanya yang jelek. Tenda cewek sih lumayan, tenda cowok? begitu masuk tenda kita bertiga sepakat ini malam terkahir kita nginep di tenda jelek itu, haha kompak. Makan malam? Minum jahe ditemani bintang-bintang? Nggak... karena saking capeknya kita langsung aja tidur. Mengistirahatkan lelah mengistirahatkan emosi, selamat tidur...

Esok harinya, kita ngelewatin sunrise pagi ini. Sayang banget, akhirnya kita sepakat untuk ngejar sunrise esok hari dan tidur di..... tenda jelek itu lagi deh.... hahaha. Terus kita bikin sarapan bareng, ini serunya, nggak ada yang bisa masak nasi di gunung. Akhirnya Super Bubur dan Indomie menjadi penghilang lapar pagi ini. Setelah sarapan, jemurin barang-barang yang basah karena hujan kemarin, termasuk sleeping bagku dan sleeping bag Arie yang sukses bikin Arie menggigil nggak karuan semalem. Sambil keluarin barang buat dijemur, Aku sama mas yudha coba buat sedikit memperbaiki kondisi tenda biar malam ini bisa tidur agak nyaman dikit. Nyari ranting-ranting kayu untuk dibikin jadi pasak. Lumayanlah... tenda bisa dipasak dan bisa lumayan berdiri tegak, lokasinya pun agak kami perdekat. It's better then last night pokonya.

Siang harinya, kita rencana jalan ke Oro-oro ombo habisnya makan siang. Berhubung cuaca nggak mendukung, hujan lagi. Akhirnya kita main dalam tenda cewek, karena tenda cewek yang paling nyaman. Mulai dari main Uno sampai mai game the hardest game ever dari Iphone mas yudha, Nia, sama HP faya. Buset kita teriak-teriak asyik sendiri dalam tenda. Seru, best momen that can't never be forget. Sampai sore dan akhirnya kita pun ngantuk, tidur deh di tenda masing-masing sambil janjian jam 7 malem makan malem.

Jam 7 pada bangun semua? Enggak. Telat, jam 8 baru pada bangun. Paling susah dibangunin sudah jelas manusia tukang tidur bernama Andy Yudha Hutama. Perlu digebyur sama air Ranu Kumbolo kali ya. Malam yang dingin kita bikin makan malam bareng, yang jelas tanpa menu nasi karena nasi yang kita bikin selalu nggak jadi. Nikmatnya makan malam sederhana, ditemani orang-orang berharga, bersanding dengan danau terindah, dan disaksikan sang bintang. Kata-kata nggak bisa menggambarkan rasanya. Selesai makan malam, kita istirahat lagi, tujuan esok hari ke oro-oro ombo yang tertunda sambil ngelihat sunrise di camp utama.

Pagi Harinya, pukul 5 sih Aku udah bangunin, pertama. Aku bangunin Laras, Faya, Arie. Nia sama mas Yudha agak susah dibanungin. Alhasil gagal dapat momen sunrise lagi di camp utama. Untuk ngobatinnya kita foto-foto full team di pinggir Ranu Kumbolo. Setelah foto-foto, kita masukin barang- barang ke tenda biar aman sebelum tenda ditinggalin ke Oro-Oro Ombo. Oh iya sampai lupa, tujuan destinasi kita bukan cuman Oro-Oro Ombo, tapi juga sebuah tanjakan yang akan dilewati untuk menuju ke Oro-Oro Ombo, Tanjakan Cinta, dengan iming-iming mitosnya akan cinta yang berbunyi "Barang siapa terus berjalan tanpa berhenti melewati tanjakan ini dan tanpa melihat ke belakang sekalipun sambil memikirkan orang yang dia sayangi, maka kisa cintanya akan berakhir bahagia." Siapa yang nggak mau cintanya berakhir bahagia?

Menuju camp utama Ranu Kumbolo yang bersanding dengan tanjakan cinta, kita melewati perjalanan dengan foto-foto selama perjalanan. Sampai di tanjakan cinta, siapa yang aku pikirkan? Pikiran orang-orang pasti sudah tau siapa nama yang aku pikirkan di tanjakan cinta itu. Tapi salah, justru orang yang mungkin tak terpikir olehku selama ini. Ya, kenyataannya dialah yang aku pikirkan didalam otakku saat melewati tanjakan cinta itu. Hanya aku, Tuhan, dan beberapa orang saja yang tau. Berhasil? Nggak juga, beberapa meter sebelum sampai ujung tanjakan ini aku berhenti, capek setengah mati, atau malah tiga perempat mati. kelihatannya aja ini tanjakan nggak curam sama sekali tapi, kenyataannya enggak. Tanjakan ini juga lumayan jauh jaraknya. jadi menguras tenaga banget saat mendakinya, mungkin ada trik-triknya waktu melewatinya. Cinta memanglah perlu pengorbanan untuk mencapainya, perlu sebuah perjuangan untuk memperolehnya itulah intinya. Dan maksud dari mitos ini menurutku bahwa bagaimanapun hidup terus berjalan, Ibarat sebuah masa, ranu kumbolo merupakan masa lalumu dan tanjakan cinta ini adalah jalan menuju masa depanmu. Jika kamu masih terbayang-bayang dengan masa indahmu di masa lalu, kamu boleh saja berhenti, melihat sejenak kebelakang atau bahkan turun kembali ke sana. Tapi coba lihat apa yang mungkin kamu lewatkan, sebuah padang Indah yang dengan bunga lavender yang mekar diseluruh padang itu, dan kamu juga mungkin akan melewatkan keindahan sang mahameru.

Wow, mungkin itu kata yang terucap pertama kali saat aku melihat apa yang ada dibalik tanjakan cinta ini. sebuah padang lavender dengan background puncak mahameru yang mengeluarkan asap dari kawah jogring saloka. Luar biasa Indah. Nggak mau ngelewatin moment indah ini, kamera kita pun terpasang di tripod. ckrik.ckrik.ckrik.ckrik Sesi foto di mulai dengan background yang indah tadi.
Terus kita turun melewati tanjakan curam untuk bercengkrama dengan bunga-bunga lavender nan indah tadi. Photosession has begun puluhan foto, kita abadikan bersama bunga-bunga ungu ini. (Nanti foto-fotonya Aku kasih liatin kok di postingan baru)

Selesai Oro-Oro Ombo, kita nggak lanjut lagi ke puncak mahameru. Mungkin lain kali, karena memang banyak faktor yang nggak memungkinkan untuk menjadi orang tertinggi di tanah jawa selama beberapa menit. Kita pun akhirnya pulang sebelum siang, karena takut nanti di perjalanan pulang. Kita bergegas berbenah, beresin tenda dan pulanglah kita pukul 12 siang. Pejalanan pulang kita masih ditemanin hujan, dan kita sampai di Ranu Pani pukul 4 sore. Kita istirahat sebentar, bersihin diri dari lumpur, buang sampah kita dan lapor ke pos turun. Hujan masih menemani hingga magrib. Sambil menghilangkan dingin dan lapar, kita jajan lucu (istilah Arie) kita makan bakso. Entah kenapa ini bakso nikmatnya setengah mati. Pulang dengan rombongan lain dari Malang, naik pick up terbuka menuju ke Tumpang, lebih parah mungkin dari naik hartop. Tapi justru kita menikmatnya. Sampai di tumpang Aku nemenin laras dulu beli sendal jepit, kasian sepatunya basah dan dia nggak bawa sendal (dasar laras dodol, hehe). Terus kita langsung cabut menuju ke terminal arjosari naik angkot putih. Dan sampai di terminal kita pulang naik Bus menuju Surabaya.

Perjalanan Indah, perjalanan yang menguras tenaga tapi menenangkan jiwa, perjalan hati yang tak terlupa, bersama orang-orang yang tiada duanya. Badak, Semeru 5-8 Juni 2013. Want to back to you again semeru, see you next time

Tidak ada komentar:

Posting Komentar